Gempa mengguncang palu 28 september tahun 2018 kemarin, saat itu seluruh orang kebingungan dengan apa yang terjadi, tiba-tiba terdengar gemuruh yang keras dari bawah tanah belum ditambah lagi suara air dari tepian pantai dengan cepat menghantam rumah-rumah yang berada di sekitarnya.

Ibu Mirna perempuan berumur 40 tahun, salah satu masyarakat Wani, Kabupaten Donggala yang berdekatan dengan Perbatasan Pantoloan Boya, Rumahnya berada di sekitar Tepi Pantai, sekarang tidak ada lagi yang tersisa dari rumah Bu Mirna, semuanya telah dibawa ombak saat kejadian gempa 28 september kemarin.

Bu Mirna salah satu perempuan yang dipertemukan dengan Sikola Mombine Setelah Kejadian Gempa, Awalnya Bu Mirna Bertemu dengan anggota Sikola Mombine saat pertemuan di pengungsian Tongge yang membahas tentang Pengelolaan Sampah, yang dipisahkan antara sampah Organik & sampah Non-Organik karena saat itu Sampah Menjadi masalah yang cukup serius saat berada di pengungsian, Saat Pemaparan materi Ibu Mirna tertarik dengan apa yang menjadi Masalah terkini. Saat Berada di titik pengungsian, selain itu Bu Mirna sendiri memang ingin mengembangkan Pengetahuannya  dan akhirnya Bu Mirna sendiri memutuskan Untuk Bergabung dan menjadi Vokal Point Sikola Mombine.

Saat Semua warga sudah mau direlokasikan Ke Hunian Sementara yang berada di Kayumaboko, Bu Mirna sendiri terkendala karena dia sendiri bukan berasal dari masyarakat Pantoloan Boya, Tetapi beliau mau mengupayakan agar tetap bisa berada dengan masyarakat Tongge, sebab Bu Mirna sendiri sudah begitu dekat dengan pengungsi dari Tongge karena berada bersama dengan mereka saat mengungsi sehingga susah senang bersama-sama.

Saat sudah berada di huntara Tongge Bu Mirna tidak Seperti Ibu-Ibu yang lain, dia begitu progresif untuk melakukan aktivitas apapun yang bisa dia lakukan, Contohnya seperti Ikut menjadi Kader Posyandu dan melakukan pelayanan gizi untuk anak yang berada di huntara

Tinggalkan Balasan