“Apa yang ditabur, itu yang akan kita tuai” adalah pepatah yang berarti konsekuensi masa depan pasti dibentuk oleh tindakan saat ini. Jadi segala sesuatu yang terjadi adalah hasil dari hal-hal yang telah kita lakukan dimasa lalu.
Kata-kata ini juga menjadi sebuah prinsip atau pegangan seorang relawan sosial yang telah menyerahkan dirinya dalam pelayanan yang tentunnya dimasa yang akan datang hal ini akan berbuah manis karena dilakukan dengan ketulusan hati.
Yayasan Sikola Mombine bersama Wahana Visi Indonesia telah melakukan Program Peduli Anak di Kabupaten Sigi, salah satunya terletak di Kecamatan Biromaru. Di kecamatan ini terdapat empat desa yang menjadi lokus kegiatan yaitu Desa Jono Oge, Pombewe, Loru dan Lolu. Di empat desa ini, SM dan WVI melakukan pendampingan terhadap 50 orang Relawan Sosial Peduli Anak yang secara sukarela terlibat dalam Program Peduli Anak di mana anak-anak yang didampingi berjumlah 800 anak yang masuk dalam kategori rentan.
Hadirnya Program Peduli Anak di Desa Jonooge menarik minat bagi perempuan yang bernama Oktaviani (41) yang baru beberapa bulan terakhir terlibat menjadi Relawan Sosial Peduli Anak sejak 5 bulan terakhir. Ibu Oktaviani yang memiliki dua orang anak laki- laki yang bernama Vitro (17) dan Vikran (11) ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan Guru Sekolah Minggu. Terkadang disela-sela waktu-waktu luang, ia pergi ke kebun untuk membantu suaminya Katik Madao (47) yang merupakan seorang Petani. Dari sini kebutuhan hidup keluarganya dipenuhi.
Juni 2022 pertama kali Oktaviani terlibat hadir dalam kegiatan KBA bersama Relawan Sosial Peduli Anak yang ada didesanya. Saat Pertama kali ia hadir dalam kegiatan tersebut dia datang sebagai orang tua anak yang hadir untuk ikut mengantarkan anaknya (vikran) untuk mengikuti kegiatan KBA.
Pada bulan juli 2022 Oktaviani kembali hadir untuk mengikuti kegiatan KBA. Pada saat itu relawan sosial yang hadir kewalahan dalam mengurus anak-anak RC yang hadir. Melihat hal itu Oktaviani kemudian berinisiatif untuk membantu relawan sosial memfasilitasi anak dengan membacakan dongeng untuk anak.
Hingga berjalannya waktu selama hampir lima bulan terakhir Oktaviani juga terus terlibat aktif dalam memfasilitasi anak-anak dikegiatan KBA. Tanpa segan Oktaviani ikut serta membantu resos lainnya membantu anak berkomunikasi dengan sponsornya lewat surat-surat yang mereka terima. Bahkan terkadang ia berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk mengantarkan surat-surat yang ada karena dirinya memiliki keterbatasan tidak dapat mengedarai sepeda motor.
Kecakapan dan keseriusan Oktaviani mendorongnya menjadi Relawan Sosial Peduli Anak. Meskipun pada awalnya sempat ragu, namun berkat dorongan dan dukungan dari relawan sosial lainnya akhirnya ia mau terlibat secara penuh sebagai Relawan Sosial Peduli Anak di Desa Jono Oge.
Oktaviani bercerita bahwa dia sudah lama menyimpan kepedulian terhadap anak-anak didesanya. Meskipun Desa Jono Oge bukanlah tanah kelahirannya, terkadang ia merasa iba terhadap anak-anak yang ada disekitarnya. Terlebih orang tua yang telah menelantarkan anak dan meninggalkan anak anak mereka untuk menjadi tenaga kerja diluar negeri. Oktaviani berkata minimnya perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak hingga pada akhirnya hal itu dapat berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Atas dasar itu, dia memilih menjadi pelayan gereja bagi anak-anak (guru sekolah minggu) agar dapat berinteraksi dengan anak-anak secara intens.
Oktaviani juga menambahkan bahwa, dia sangat menyukai anak- anak. Ketertarikannya dengan anak-anak dimulai dari dirinya sendiri. Dia punya pengalaman yang kurang beruntung sewaktu masih remaja.
“Dulu saya hampir saja menjadi seorang pendeta. Namun karena kondisi ekonomi orang tua sehingga orang tua saya memilih untuk menikahkan saya. Saya tidak mau apa yang saya alami terjadi pada anak-anak saya dan anak-anak disekitar saya. Saya kasihan dengan anak-anak ini. Karena tanpa kita sadari, membatasi ruang anak, sama saja kita sedang menghambat mimpi anak tersebut”.
Tutur Oktaviani
Harapan Oktaviani ini terbilang jarang di jumpai pada orang tua anak lainnya. Ia mau terlibat dalam Relawan Sosial Peduli Anak tanpa mengharap imbalan asalkan hak anak dan pengetahuan orang tua di wilayahnya bisa menjadi lebih baik dari sekarang. Harapanya itu menjadi penyemangat dalam dia melakukan setiap aktivitasnya. Oktaviani sangat berterimah kasih kepada Kelompok Gereja, Yayasan Sikola Mombine dan Wahana Visi Indonesia karena telah memberikan kepercayaan dan ruang untuknya peduli terhadap anak-anak disekitarnya.
Kini oktaviani tidak asing lagi dimata anak RC. Dimana ia berjalan anak-anak kerap menyapanya dan bertanya waktu pelaksanaan kegiatan KBA. Beberapa bulan terakhir selama Oktaviani terlibat menjadi fasilitator anak partisipasi anak RC terus meningkat. Hal ini mungkin dikarenakan kemampuannya dalam menggerakkan dan memfasilitasi anak.
Baginya, apa yang dia lakukan adalah kerja kemanusian dan pelayanan. Dan tidak akan berhenti ia lakukan sebagai manusia semasa ia masih bugar dan sehat Karena akan ada upah yang dia dapat di sorga nanti.
“Apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai”.
Tutup Oktaviani
****
Penulis: Yuyun Agustina
Editor: Satrio Amrullah
#CeritaBaik merupakan kanal khusus yang berisi catatan cerita perubahan selama menjalankan program CESP & CP yang dibangun antara Yayasan Sikola Mombine bersama Wahana Visi Indonesia