Yayasan Sikola Mombine bersama Indonesia Corruption Watch (ICW) menggandeng generasi muda kota Palu untuk terlibat mengawal penanganan bencana yang bebas dari praktek korupsi melalui kegiatan Diskusi Publik. Kegiatan yang diselenggarakan pada Senin (20/3) di Aula Rektorat Universitas Muhammadiyah Palu ini mengusung tema Peran Generasi Muda Untuk Mengawal Penanganan Pasca Bencana Di Kota Palu. Selain itu pada kegiatan ini juga dilangsungkan acara Launcing Mata Kuliah Akademi Anti Korupsi “Perempuan dan Korupsi” oleh Indonesia Corruption Watch.
Kegiatan diskusi publik ini sesungguhnya merupakan puncak dari rangkaian program Sekolah Anti Korupsi yang diselenggarakan oleh Yayasan Sikola Mombine bersama ICW sejak Desember 2022. Dengan mengabil tema seputar pembangunan pascabencana di Kota Palu, diharapkan peserta program ini mampu terlibat mengawal jalannya program-program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Kota Palu yang bebas dari praktik korupsi.
Walikota Palu dalam sambutannya yang diwakili oleh Kalak BPBD Kota Palu, Presley Tampubolon, menyampaikan diskusi publik seperti ini sangat diperlukan dalam rangka mengawal seluruh program pembangunan yang dijalankan pemerintah daerah oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kalangan mahasiswa.
“Sejarah telah menuliskan dengan tinta emas bagaimana mahasiswa berjuang menangakkan idealismenya. Dan kini tantangan semakin berat. Kita harus menjadikan korupsi sebagai musuh bersama. Terlebih dalam situasi bencana, korupsi akan selalu ada. Oleh karena itu kami mendorong semua pihak untik dapat mengambil peran sesuai dengan tupoksinya sehingga dalam kesehariannya terpekatekkan secara benar. Demikian pula hak-hak penyitas bencana Kota Palu dapat terpenuhi dan terhindar dari korupsi.”
Sambutan Walikota Palu
Kegiatan diskusi publik ini sendiri terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama berbicara mengenai kebencanaan. Hadir sebagai pemantik disksusi pada sesi ini ialah Presly Tampubolon (Kalak BPBD Kota Palu), Dewi Anggraeni (Peneliti ICW), Nur Mentari Apprilia (Peserta SAKTI) dan Abdul Hafid (MDMC). Sedangkan pada sesi kedua yakni lauching mata kuliah Perempuan dan Korupsi hadir sebagai pemantik Nisa Zonzoa (Peneliti ICW), Moh, Yusuf Hasim (Akademisi Unismuh Palu) dan Nur Safitri Lasibani (Direktur Yayasan Sikola Mombine).
Antusias peserta hingga akhir kegiata cukup ramai, terlihat dari banyaknya peserta yang ingin bertanya terutama saat sesi kedua yang membahas mengenai bahaya laten korupsi.
Local Coordinator Sekolah Anti Korupsi Perempuan Palu, Maryam berharap antusias peserta tidak berhenti dalam kegiatan ini saja, melainkan juga dapat terus bertumbuh dalam praktek keseharian baik sebagai mahasiswa maupun sebagai masyarakat sipil yang aktif mengawal program pembangunan daerah.
Saya berharap pemerintah segera menyelesaikan segala pembangunan pasca bencana sesuai dengan perencaaan dengan mempertimbangkan kebutuhan penyintas. Khusus bagi teman-teman peserta program SAKTI, saya menitipkan harapan untuk terus aktif mengawal pembangunan pascabencana di kota Palu, ikut memperluas jaringan dikomunitasnya, mengkampanyekan untuk tidak menjadi pelaku korupsi dan ikut melaporkan apabila melihat tindakan korupsi. Sehingga mimpi mewujudkan pembangunan yang adil dan merata serta bebas dari korupsi dapat terwujud.
Tutup Maryam
[End]
Penulis: Satrio Amrullah | Editor: Satrio Amrullah