Penggerak Muda Siap Belajar Teori Feminisme

IMG-20170503-WA0017

Hari senin tanggal 1 Mei 2017 yang ditetapkan sebagai International Labour Day dirayakan dengan cara berbeda oleh penggerak muda Sikola Mombine. Setelah mengahadiri Festival Mini yang diadakan oleh Perdes (Perempuan Desa) dan Diskusi Mini tentang Kedaulatan Pangan, Penggerak Muda langsung melanjutkan pertemuan kelas belajar di Perpustakaan Mini Nemu Buku. Suasana belajar di antara rak-rak buku menambah semangat gairah belajar, apalagi aroma buku yang terjejer rapi membuat Refleksi Materi Gender sore itu sangat hangat untuk di perbincangkan.

Mentor kelas belajar pada hari itu adalah kak Mutmainah Korona atau akrab disapa kak Neng, setelah mengamati hasil belajar di kelas sebelumnya bersama kak Indri, hari itu kak Neng berusaha menjabarkan kembali pemahaman teman-teman tentang Gender dan Sex. Hal ini penting untuk di garis bawahi karena Gendar dan Sex adalah pengetahuan paling dasar untuk mengantarkan penggerak muda ke Teori Feminisme.
Dari pertemuan kelas sebelumnya, teman-teman penggerak muda telah di bagi dalam beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan pengalaman sehari-hari tentang bentuk ketidakadilan gender yaitu Double Barden, Diskriminasi, Subordinasi (penomorduaan), Stereotype ( Pelabelan ), Marginalisasi, Kekerasan Fisik dan Psikis. Dari hasil diskusi kelompok tersebut disepakati bersama bahwa bentuk ketidakadilan gender saling berkaitan satu sama lain dan sangat dekat dengan kegiatan sehari-hari kita. Pada kelas sebelumnya telah digali lebih dalam terkait pengalaman teman-teman tentang hak krodati dan hak yang bisa diubah-ubah. Gender adalah hal yang bisa berubah-ubah dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, agama, dan budaya. Pembentukan karakter seseorang ibarat seorang bayi yang lahir hanya memiliki jenis kelamin yaitu perempuan atau laki-laki. Bayi tersebut adalah manusia kosong yang karakternya di bentuk oleh keluarga, masyarakat dan budaya. Negara pun turut andil dalam konteks kebijakan menyumbang pembentukan karakter manusia. Beberapa contoh Negara yang kebijakannya memiliki prespektif Gender adalah Quba, dengan peraturan pemerintah untuk memberikan gaji kepada perempuan yang bekerja di rumah.  Norwergia memberikan cuti hamil dan melahirkan kepada perempuan selama 1 tahun .

IMG-20170503-WA0015

Selanjutnya terjadi sesi diskusi di proses belajar kelas, “Ada relasi yang timpang yang terjadi di masyarakat sehingga memunculkan ketidakadilan. Pada proses belajar ini kita menarik pengalaman teman-teman untuk peka dengan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar. Ternyata, hasil dari refleksi kita semua, setiap keluarga memiliki pengalaman kekerasan dalam keluarga. Untuk itu menggali pengalaman hidup dalam memberi informasi dimana ada fakta/situasi yang kita gunakan dalam proses belajar merupakan salah satu pendekatan Feminis. Jadi, Pendekatan feminis adalah sumber pengetahuan berdasarkan pengalaman hidup. Ujar kak neng dalam merespon pertanyaan-pertanyaan dari penggerak muda. (01/05/2017)

Feminis tidak hanya sekedar teori namun cara pandang perempuan yaitu tidak melihat perempuan dalam jenis kelamin tetapi menempatkan perempuan sebagai sisterhood, memiliki rasa solidaritas, kepekaan dan memahami karakter perempuan sebagai seorang feminist. I’m feminist artinya memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi dengan orang-orang sekitar.

Gender dan feminis akan menjadi mata pisau penggerak muda dalam melihat persoalan dilapangan ketika akan turun belajar di balai belajar kampong Sikola Mombine. Pada saat ini banyak penelitian yang berpusat pada data deskriptif dan analitis. Padahal dengan pendekatan kualitatif kita dapat menggali lebih dalam tentang akar masalah yang terjadi misalnya dengan pendekatan feminis salah satunya. Beberapa teori gender dalam melihat ketidakadilan yaitu dilihat dari segi Akses, Kontrol, Partisipasi dan Manfaat. Salah satu manfaat melakukan pendekatan feminis adalah untuk menuju perempuan yang berdaya, perempuan yang mandiri dan Laki-laki yang melindungi, laki-laki yang menghargai.

IMG-20170503-WA0016
Kelas diakhiri dengan pemberian PR oleh kak Neng kepada penggerak muda untuk menuliskan pengalaman sehari-hari mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembagian peran dalam laki-laki dan perempuan di lingkungan keluarga.

-Ftiyasning-

Tinggalkan Balasan