Ekonomi masih menjadi salah satu persoalan yang penting  dalam penaganan pasca setahun bencana yang terjadi pada 28 september 2018, pemulihan ekonomi terhadapa para penyintas yang ada dihuntara masih menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah sendiri. Untuk kabupaten sigi sendiri tercata hingga saat ini masih banyak penyintas yang masih mengharapkan bantuan dari pemerintah dan lembaga yang ada, dikarenakan hilangnya tempat pencaharian yang sebelumnya menjadi tempat mereka memenuhi kebutuhan ekonomi.  Rata-rata mata pencaharian penyintas Kab.Sigi adalah petani, namun dikarenakan rusak dan hilangnya lahan dan kurangnya persediaan air untuk penyintas yang ada di huntara menjadi hambatan dalam pemulihan ekonomi. Pertanian dan perikanan menjadi salah satu altefnatif untuk penyintas yang berada di huntara, tapi tetap saja memiliki hambatan yang belum bisa diatasi setahun bencana. persediaan air masih menjadi salah satu persoalan yang ada dari awal bencana hingga penanganan satu tahun bencana,  sedangkan untuk pertanian maupun perikanan membutuhkan pemakaian air yang lebih. Daerah yang menjadi wilayah intervensi tim Yayasan Sikola Mombine di Kabupaten Sigi adalah Desa Beka dan Lolu, akan ada dua macam model pertanian yaitu pertanian hidroponik dan pertanian lahan. Namun, untuk pertanian hidroponik masih menjadi salah satu tantangan untuk perempuan penyintas yang akan menjadi bagian dari kelompok ekonomi. Pentani hidroponik untuk wilayah Sigi sendiri masih bisa dikatakan sangat sedikit, karena pengeluaran untuk perawatan maupun alat dan bahan yang bisa dikatakan mahal.

Pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2019, tim Yayasan Sikola Mombine melakukan pelatihan pengolahan usaha yaitu tentang pertanian hidroponik, budidaya ikan lele dan pengolahan lahan yang ada di Desa Beka dan Lolu. Pelatihan ini dibawakan oleh orang-orang dari dinas ketahanan pangan dan perikanan Kabupaten Sigi yang dibawakan oleh Noviani pakiding dan Joharis, selain itu ada juga dari tim Yayasan Sikola Mombine menjadi narasumber untuk  membahas tentang strategi manajemen usaha dan memberikan motivasi kepada penyintas yang dibawahkan oleh Taufik dan wulan dan juga dari Stasiun BMKG Meteorologi Kelas II Mutiara Palu yang di bawakan oleh Affan Nugraha Diharsya, S.Si. Ketiga narasumber yang dihadirkan sangat penting dalam membahas tentang pertanian dan perikanan.

“untuk masalah pertanian lahan saya rasa ibu-ibu di sigi paling paham untuk proses penananmannya, tapi kalau untuk pertanian hidroponik itu masih sangat jarang atau memang kurang peminat di karenakan memakan biaya yabg cukup banyak”.


Kata pak joharis dari dinas ketahanan pangan dan perikanan

Namun dalam pelatihan ini dinas ketahanan pangan dan perikanan Kabupaten Sigi mengajarkan penyintas bagaimana mengelola lahan rumah untuk menjadi tempat pertanian aquaponik, menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat dan mengelola lahan yang ada di sekitar rumah. Kemudian staf dari stasiun BMKG menjelaskan bahwa pada akhir tahun 2019 ini akan menjadi awal dari kemarau yang panjang, hanya saja untuk sulawesi tengah memiliki satu musim yang berbeda yaitu musim pancaroba, dan juga Tim Yayasan Sikola Mombine memberikan motivasi, bagaimana penyelesaian masalah yang timbul di kelompok dan juga bagaimana tindak lanjut dari program kedepannya. Dengan adanya pelatihan pengolahan usaha pertanian dan perikaan terhadap perempuan penyintas seperti ini diharapkan menjadi salah satu acuan untuk pemerintah memikirkan pemulihan ekonomi untuk penyintas yang ada di huntara, dan juga menjadi sumber pencaharian untuk perempuan penyintas yang ada di huntara. Yayasan Sikola Mombine mengharapkan program seperti ini dapat berjangka panjang kedepannya dan terus berjalan sampai ke huntap maupun rumah masing-masing.

Tinggalkan Balasan