Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengatakan mendukung pertumbuhan ekonomi pascabencana di daerah itu, salah satunya melalui kewirausahaan dan ekonomi berbasis komunitas dengan mengadopsi konsep Social Solidarity Economy (SSE) atau Ekonomi Solidaritas Sosial.
“Memperhatikan kondisi pasca lima tahun bencana di Kota Palu, maka salah satu langkah antisipatif aktif yang bisa dilakukan yaitu menyiapkan berbagai langkah perencanaan untuk penanggulangan bencana berbasis masyarakat dan antisipasi pemulihan ekonomi,” kata Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti Pettalolo di Palu, Selasa.
Hal itu disampaikan saat menghadiri kegiatan “Diseminasi Hasil Penelitian tentang Social and Solidarity Economy Organizations and Enterprises di Kota Palu” yang diselenggarakan oleh Yayasan Sikola Mombine bekerja sama dengan Sasakawa Peace Foundation.
Ia menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Sikola Mombine dan Sasakawa Peace Foundation (SPF) Jepang yang telah melakukan riset terkait SSE di daerah itu selama enam bulan dalam mendorong pembangunan di daerah itu.
“Melalui hasil riset yang dihasilkan, kemudian diharapkan dapat terpetakannya secara baik berbagai potensi masyarakat, sasaran dan upaya strategi dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dan kondisi sosial ekonomi pascabencana,” kata dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan Pemkot Palu menyambut baik program-program yang dilaksanakan dalam mendukung pembangunan daerah itu.
Adapun berdasarkan hasil penelitian, lebih dari 352 ribu perempuan terdampak bencana di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala) pada tahun 2018.
Bencana tersebut juga berdampak bagi 1.771 penyandang disabilitas dan 60 ribu keluarga, dan lebih dari 3.000 keluarga tersebut memiliki kepala keluarga perempuan.
Data pelaku usaha berdasarkan gender di Kota Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) menunjukkan bahwa komposisi pelaku usaha adalah perempuan berkisar pada rasio 49-55 persen.
Selain itu, data dari program pemberdayaan 642 pelaku usaha, menunjukkan bahwa 20-30 persen pelaku usaha yang ditemui adalah pelaku usaha disabilitas atau memiliki
anggota keluarga disabilitas.
Sementara itu, Direktur Tim Gender Investment dan Innovation Program SPF Jepang Ayaka Matsuno mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir Kota Palu telah melawati masa – masa sulit yang menurutnya juga pernah dialami negara Jepang.
Oleh karena itu, pihaknya hadir untuk melihat langsung potensi yang ada di daerah itu sehingga Kota Palu dapat menjadi kota tangguh, hijau, inklusif dan cerdas.
Sasakawa Peace Foundation merupakan sebuah organisasi ‘think tank’ berlokasi di Tokyo, Jepang, yang saat ini sedang melakukan riset terkait Social and Solidarity Economy Organizations and Enterprises di Kota Palu.
Ia menyampaikan Sasakawa Peace Foundation berfokus pada lingkungan yang berkelanjutan dan inklusif, khususnya pada pemberdayaan perempuan dan komunitas rentan, seperti dengan memberikan dukungan usaha kepada perempuan dan penyandang disabilitas.
“Selain itu, konsep SSE telah memiliki kesamaan terhadap ‘Nosarara Nosabatutu’ yang di dalamnya terkandung konsep SSE seperti solidaritas, ekonomi partisipatif dan kepedulian sosial,” ujarnya.
Maka dari itu, dia berharap, dengan pihaknya serta Yayasan Sekolah Mombine menghadirkan konsep SSE diharapkan dapat menjadi cara untuk membantu mengatasi isu – isu strategis dan mencapai target pembangunan seperti mengembangkan ekonomi lokal dengan pertumbuhan inklusi dan adil.
“Dan menciptakan ruang aman bagi semua kalangan masyarakat, terutama perempuan, penyandang disabilitas dan komunitas rentan serta menuju Palu Smart City,” katanya.
Sumber: Antara Sulteng