Pasca bencana dasyat yang menimpa wilayah Palu,Sigi dan Donggala pada tanggal 28 september 2018 kemarin, menyisahkan persoalan yang kompleks terhadap kehidupan masyarakat di segala sektor.

Tidak terkecuali pada daerah pantai barat wilayah Kabupaten Donggala, Khususnya Desa Dampal Kecamatan Sirenja. Desa yang sumber penghidupan masyarakatnya bergantung pada sektor perikanan dan Pertanian itu, menjadi salah satu wilayah yang memiliki berbagai persoalan pasca bencana.

Akibat bencana gempa akhir September 2018 yang lalu, desa Dampal merupakan salah satu desa yang mengalami penurunan struktur permukaan tanah (Down Lift), hal itu menyebabkan air laut kerap kali menggenangi halaman rumah warga ketika musim air laut pasang tiba, sehingga sumber air bersih yang berasal dari pompa rumah warga menjadi asin. Persoalan ini menjadi tantangan berat bagi warga yang bermukim di sekitar wilayah pantai, karena kejadian ini belum pernah dialami sebelumnya.

Di tengah persoalan tersebut, desakan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat menjadi prioritas yang harus ditemukan solusinya. Ditengah sikap para penyintas yang hanya pasrah terhadap keadaan dan mengharapkan bantuan, Hal berbeda justru bisa dilihat dari kelompok perempuan Desa Dampal yang merasa terpanggil untuk bangkit dan berdaya.

Bergeraknya perempuan Dampal pasca bencana, menandakan adanya harapan baru, sebagai potensi Sumberdaya manusia desa yang mampu mendorong lahirnya kegiatan-kegiatan yang mampu menunjang peningkatan kapasitas masyarakat, khususnya dari sektor peningkatan ekonomi keluarga.

Perempuan dampal merasa perlu ambil bagian dalam aktifitas pemenuhan ekonomi, hal itu dilihat dari aktifitas kelompok ekonomi perempuan desa, yang bergerak secara kolektif dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang ada sebagai aset penghidupan.

Kelapa merupakan hasil perkebunan yang dinilai sangat cocok untuk dikelola sebagai usaha produksi kelompok, karena sumber daya tersebut sangatlah mudah diakses untuk produksi minyak kelapa kampung yang sejak lama sangat digemari masyarakat, sehingga usaha produksi minyak kelapa disepakati bersama sebagai produk unggulan kelompok yang diharapkan bisa memiliki nilai jual di pasaran.

Nadoli Nasintuvu, adalah nama kelompok ekonomi yang digawangi oleh 16 perempuan kreatif Desa Dampal, dengan berbagai latar belakang sosial yang ada. Nadoli Nasintuvumerupakan dua suku kata dari bahasa Kaili yang berarti “berkumpul untuk kebaikan”. Suku kaili sebagai etnis terbesar di Sulawesi tengah yang terdiri dari berbagai sub Etnis, salah satunya sub etnis Kaili Rai, yang mendiami sebagian besar wilayah kecamatan Sirenja, termasuk Desa Dampal sebagai salah satu wilayah desa adminstratifnya.

Kelompok ekonomi Nadoli Nasintuvu merupakan kelompok ekonomi kolektif yang dibentuk, untuk membantu perempuan desa Dampal untuk lebih mandiri bekerja serta mampu menambah pemenuhan kebutuhan keluarga, melalui usaha produksi minyak kelapa yang didampingi dari proses produksi, seperti menghitung harga pokok produksi ,hingga proses pemasaran yang tersistem dan proses administratsi yang akuntabel.

Pada proses produksi, anggota kelompok ekonomi yang berjumlah 16 tersebut, dibagi dalam dua tim produksi dalam seminggu. Hal itu dilakukan agar aktifitas produksi tersebut tidak membebani aktifitas anggota kelompok sebagai ibu rumah tangga di keluarga. Untuk mewujudkan transparansi pengelolaan keuangan dan sistem bagi hasil dari kelompok, dilakukan pengisian daftar hadir bagi masing-masing anggota kelompok untuk memudahkan dalam mengidentifikasi keaktifan anggota dalam proses produksi yang terjadwalkan.

Melalui Sikola Mombine bersama Yappika Actionaid,Kelompok ekonomi ini, awalnya difasilitasi alat produksi berupa mesin penggiling kelapa beserta perlengkapan lainnya seperti, penampung air, kompor gas,belanga, alat pres kemasan serta modal awal produksi sejumlah Rp 900.000. Dari modal tersebut,saat ini kelompok tersebut sudah bisa mendapatkan hasil yang bisa dibagi bersama anggota kelompok lainnya.

Salah satu bentuk pendampingan yang tersistem kepada kelompok tersebut, melalui sentra pemasaran Galeri usaha kampung yang dibangun dengan tujuan memajukan kelompok ekonomi perempuan secara kolektif. Dimana akan disediakan galeri penjualan di berbagai titik wilayah di Kota Palu untuk menjual produk hasil olahan kelompok perempuan di semua wilayah dampingan Sikola Mombine, termasuk kelompok ekonomi perempuan Desa Dampal.

Selain Galeri tersebut, kelompok Nadoli nosintuvu, mengharapkan adanya pengadaan galeri di Desa Dampal sebagai sentra pemasaran produk kelompok usaha di Desa, yang bukan hanya terpusat pada kelompok dampingan Sikla Mombine, melainkan semua kelompok usaha perempuan desa yang juga merupakan penyintas bencana dan diharapkan mampu berdaya secara ekonomi, karena adanya galeri tersebut menjadi alternatif baru bagi para tamu dari luar desa untuk membeli dan mencari oleh-oleh sebagai buah tangan untuk kembali di daerahnya.

Selain menjual lewat galeri, Kelompok ekonomi Desa Dampal, juga berinisiatif untuk memasarkan produk minyak kelapa mereka di pasar-pasar tradisional yang terdekat, serta melakukan penjualan di tempat produksi kepada masyarakat lainnya di desa ,dengan harga sedikit murah dari harga jual di galeri, karena tidak terbebani dengan biaya pengiriman.

Sebagai upaya pengembangan, kelompok ekonomi Desa Dampal diharapkan bisa bersinergi dengan pemerintah desa setempat, dalam bentuk dukungan pemerintah desa untuk bangga terhadap produk kelompok ekonomi tersebut, sehingga bisa ditetapkan sebagai produk unggulan desa, sehingga kelompok eknomi tersebut bisa mendapat pengakuan dari pemerintah desa dalam bentuk surat keputusan kepala Desa Dampal, sebagai legalitas kelompok tersebut.

Tidak hanya itu, pemerintah Desa diharapkan bisa mengalokasikan anggaran di Desa untuk pengembangan usaha kelompok ekonomi sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap upaya kelompok perempuan untuk meningkatkan pendapatan dalam keluarga.

Sementara itu, tidak bisa dipungkiri jika dalam sebuah kelompok tidak luput dari dinamika dan kendala, seperti halnya keterbatasan alat produksi antara lain alat penyaring minyak untuk minyak lebih jernih, kapasitas mesin produksi yang lebih baik, serta komitmen sebagian anggota kelompok untuk konsisten hadir dalam setiap aktifitas produksi yang masih menjadi problem dalam pengembangan ekonomi.

Tinggalkan Balasan