MENJADI PEMBAWA DAMAI seorang ibu menuliskan “damai itu Bahagia lihat anak sekolah”, ibu lain menuliskan “Damai adalah ketika kampung saya makmur”, dan ibu lain menuliskan “damai itu tak ada permusuhan” Kembali merefleksikan kata DAMAI untuk mengartikan apa makna damai yang benar diinginkan adalah cara untuk merayakan peringatan hari Perdamaian Internasional oleh Perempuan balai belajar kampung Sikola Mombine di Desa Lape Poso pesisir. Kami sepakat bahwa Damai adalah kreasi Tuhan yang dititahkan kepada manusia untuk di Jaga, seperti air disungai, dia tak akan mampu mengalir jika banyak sampah yang menyumbat alirannya, begitupulah Damai tak akan ada bila ketidak adilan terus terjadi,Tak ada bahagia ketika masih ada pungutan liar disekolah, tak ada kemakmuran ketika masih ada tindakan korupsi di desa,begitupula jika masih ada rasa benci terhadap perbedaan. Menjadi Pembawa Damai adalah menjadi penjuang untuk keadilan. Begitupun Ibu Yul Djamorante yang begitu semangat membawa materi Perempuan VS Korupsi dengan lantang dia mengatakan bahwa perempuan harus berada di garda terdepan dalam mencegah terjadi segala bentuk korupsi dengan memulai membagun kesadaran dan prespekti anti Korupsi. Karena dampak dari korupsi adalah kesenjangan dan ketidak adilan sehingga membawa damai jauh pergi dari kehidupan kita. Semangat belajar dan berbagi para perempuan hebat ini membuat saya semakin percaya bahwa Damai sesungguhnya itu akan benar hadir suatu hari ketika semua orang sadar, menjadi kuat dan bersatu. “Selamat Hari Perdamaian Internasional” Terimakasih atas kunjungan dari ibu ibu Balai Belajar Kampung Kalamalea (Ibu fat, Ibu Mis, Ibu Ati, Ibu Adri, Ibu Nur) dan juga kawan kawan yang sudah hadir Teja, Syarif, andri.
- Post author:admin
- Post published:September 21, 2016
- Post category:Kliping Berita
- Post comments:0 Comments