nia

Gadis kecil itu bernama Nia Ramadhani, namanya cukup populer untuk pecinta sinteron Indonesia. Bukan, dia bukan artis cantik itu, bukan juga mantu dari salah satu orang terkaya di Indonesia. Dia hanyalah gadis mungil nan cantik pemilik bulu mata yang indah yang lahir dengan operasi sesar di salah satu rumah sakit umum di Kota Palu. Dalam kandungan bahkan kau sudah menanggung beban ibumu, bantuan kartu miskin cukup membantu biaya melahirkan, tentu saja dengan obat obat murah dan operasi kelas bawah. Ibumu masih berusia 19 tahun saat melahirkanmu, bahkan ia sudah menikah saat berusia 16 tahun karena dengan menikah hutang piutang keluarga akan terhapus. Perbedaan umur yang cukup jauh dengan suaminya, dia rela menjadi istri kelima, mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya yang sebenarnya pantas menjadi kakekmu. Entah siapa yang salah, entah bagaimana kehidupan rumah tangga itu berlangsung, mungkin suami ibumu tak tau cari memperlakukannya dengan bijak ditambah lagi pendidikan ibumu yang menempuh sekolah dasar kelas 5 pada usia 16 tahun. Padahal anak anak lain sudah merasakan puberitas duduk di bangku sekolah menengah atas, berdandan ria dan mulai menyukai lawan jenis atau menoreh berbagai prestasi, sementara ibumu Nia, dia baru belajar baca tulis dengan anak-anak usia 9-10 tahun yang menjadi teman sekelasnya.

Ibumu sangat cantik Nia, dia menamaimu Nia Ramadhani karena terobsesi dengan kecantikan artis pemiliki nama yang sama denganmu, dikisah sinetron bawang putih dan bawang merah, dia berharap kau bisa tumbuh menjadi gadis cantik bertalenta + beruntung memiliki suami kaya raya. Bukan seperti ibumu, bersuami untuk menebus hutang. Rela mendapatkan caci maki hingga akhirnya jenuh pergi meninggalkan rumah.

Nia, kau bukan benih dari laki laki yang menikahi ibumu yang usianya sudah seperti kakekmu, ada laki laki lain yang menyukai ibumu dalam ‘diam’.  Jangan kau pikir cinta dalam dia sungguh romantis seperti hastag anak anak yang lagi digandrungi musim ta’arufan. Dia diam karena dia sudah memiliki istri dan ingin meniduri ibumu dalam diam atau bisa juga sedikit bersuara. Tak ada yang lebih indah dari dua insan yang dirundung cinta, begitu pepatah mengatakan. Mungkin saja ibumu mengartikan cinta dengan suka sama suka ditempat tidur. Cinta adalah melekatnya dua tubuh tanpa busana dan siap menciptakan manusia baru. Manusia baru itu adalah kau Nia.

Oh iya, Nia ibumu belum sempat belajar biologi. Dia mungkin belum belajar tentang kesehatan reproduksi wanita pada saat wanita telah menstruasi dia harus berhati hati menjaga organ reproduksinya. Ahh… Persetan dengan pelajaran biologi toh 16 tahun dia sudah langsung mempraktekannya. Mungkin dia mendapat ilmu kespro dari orang tua disekelilingnya dengan cara tradisional dari mulut ke mulut. Yang ibumu tau kespro itu bagaimana cara melayani suami dengan baik secara lahir dan bathin, dia tidak tau ketika organ reproduksi wanita berubah, terjadi perubahan hormon-hormon pada wanita, berubahnya beberapa bagian tubuh menjadi sempurna dan matang. Dia mungkin bisa melihat perubahan itu di cermin tapi perubahan yang tak nampak seperti mental, psikologis, ketertarikan kepada lawan jenis itu yang harus diolah dan dikendalikan. Perduli amat…. toh dia sudah menikah dan mengekplorasi tubuhnya lebih jauh lagi dengan pengetahuan seadanya. Itu namanya kearifan lokal. Pikir ibumu, “Apa itu kespro?” Ibumu bahkan baru tau mengeja kata-kata itu K-E-S-P-R-O !

Nia, sayang sekali ayahmu meninggalkanmu pada saat kau lagi lucu lucunya, baru dua bulan kau menghirup udara segar di dunia yang tak adil ini. Ayahmu harus kembali dengan istri, karena secara hukum, agama, adat dan lain-lain ibumu dan ayahmu “belum sempat” mengurusnya. Tinggalah ibumu sendiri yang membesarkanmu dengan segala keterbatasannya. Dia perempuan tangguh yang membawamu kemana kemana sambil mengumpul kardus kardus bekas di pinggiran kota demi membeli supermi dan beras untuk kalian makan bersama, setidaknya perut kenyang dan sedikit berenergi untuk kembali mengais rezeki dari kardus kardus bekas itu.

Nia, mungkin kau marah ibumu tidak tau merawatmu dengan baik, pahamilah dengan segala persoalan yang menimpanya dia sangat menyayangimu. Bahkan ketika dengan tak sengaja air panas jatuh di badanmu, kau pasti sangat kesakitan, luka itu tak kunjung sembuh total walaupun ibumu sudah membawamu di Puskesmas, dengan obat seadanya perlahan lahan membaik. Banyak orang baik yang menolongmu dan merawatmu. Tapi sekali lagi dengan keterbatasannya, ibumu membawamu pergi memilih untuk merawatmu sendiri. Entah apa yamg ada dipikiran ibumu.

Sampai akhirnya luka air panas itu menjadi lagi ditambah bintik bintik merah yang dalam seminggu sudah menjalar cepat ditubuhmu, ibumu kembali membawa dirimu ke Puskesmas, untunglah disana ada bidan desa yang berinisiatif untuk mengupload fotomu disosial media sampai akhirnya kami menemukannya dan menemuimu di rumah sakit. Dokter memvonismu menderita gizi buruk, seluruh imunmu menurun karena asupan nutrisi yang sangat minim. Bukan salah ibumu, karena makan sekali seharipun sudah beruntung.

Nia, maafkan kami yang tidak kuat melihatmu pertama kali, dengan badan yang memerah seperti luka bakar, tanganmu diinfus dan terbaring lemah ditambah lalat lalat nakal terbang di ruangan isolasi berukuran 1×2 meter. Banyak bantuan yang datang, susu-susu bergelimpangan, pasti kau marah kami membawanya pada saat mulutmu sudah tak mampu mengunyah dan sakit menelan. Selama dua minggu setiap hari kami mengantarkanmu nasi merah dan sup kacang merah. Cuma itu yang bisa kau makan berharap asupan gizimu membaik. Tidak perlu pikirkan biaya rumah sakit, Tuhan telah menggerakan hati para donatur untuk membantumu.

Ibumu Nia, dia selalu ada disampingmu, sampai saat kau mengeluarkan kotoran merah bercampur darah dan kau begitu pucat dan dingin, sontak kami kaget dan segera memindahkanmu di rumah sakit yang lebih lengkap. Maaf kalau tindakan kami terlalu lambat, padahal kami berpikir possitif keadaanmu akan membaik. Ditengah hujan yang mengguyur ambulance membawamu pergi, banyak tusukan jarum yang menancap ditubuh dinginmu yang pucat kami hanya bisa berusaha bermain-main denganmu, berharap sedikit senyum dari wajah pucatmu. Tiga hari di RS keadaanmu semakin parah, kantong kantong darah sudah mengalir ketubuhmu, ternyata kau sudah tak kuat lagi menahan sakit hingga akhirnya bersama hujan yang turun disubuh hari tanggal 07 Februari 2017 kau beristrahat dengan tenang dan pergi memberikan pelajaran kepada kami semua.

Nia, saat keluargamu tau kau telah tiada, mereka malah bertengkar, mereka bahkan tidak pernah membesukmu di RS setidaknya datang memberi sedikit hiburan untukmu. Mereka terlalu sibuk mencari sesuap nasi untuk bertahan, mungkin mereka tak peduli atau tak punya uang.

Ayahmu Nia, tak sekalipun dia datang menatap wajahmu, selama satu tahun delapan bulan, hanya dua bulan ayahmu betah bersama kau dan ibumu, selebihnya dia kembali pada ‘keluarganya’hidupnya mungkin juga berat Nia. Bahkan ketika beberapa jam lagi tubuhmu akan menyatu dengan bumi, ayahmu tak kunjung datang, parahnya ibumu sudah lupa wajah ayahmu karena sudah lebih dari setahun dia meninggalkan kalian, ah… Ibumu punya ingatan yang parah! Tapi sebaiknya dia lupa!

Jika kau dapat berbicara waktu itu mungkin kau sudah bertanya “kenapa aku dilahirkan didunia?” kenapa harus aku yang menanggung penderitaan akibat dosa dosa orang lain? Dosa-dosa kita, dosa-dosa para mata hati yang tidak peka melihat sekitar.

Kami hanya bisa berusaha semampunya, terimakasih ibu bidan yang berinisiatif mengupload fotomu di facebook, terimakasih pengguna sosial media yang merespon cepat atas postingan itu, terimakasih para donatur yang meringankan hatinya untuk berbagi, terimakasih para dokter dan pihak rumah sakit yang bergerak cepat, terimakasih untuk tokoh masyarakat dan pengurus mesjid serta tetangga yang mengebumikanmu dengan layak. Kami hanya perpanjangan tangan dari orang orang diatas. Terimakasih buat tubuhmu yang kuat menahan sakit dan terimakasih untuk rahim yang melahirkanmu.

Beristrahat dengan tenang Nia, kembali pada Penciptamu.

-Untukmu Nia Ramadhani-

Tulisan asli fira : https://mendekapnirwana.wordpress.com/2017/02/15/rest-in-peace-nia-ramadhani/

This Post Has One Comment

  1. Mutmainah korona

    Kereeeen ..asli kereeeen… Fira terus menulis .. Tulis..tulis..tulis… Lakukan yg terbaik.. Kita ditakdirkan utk melayani banyak org fira yg mungkin bagi org lain se usiamu itu sibuk mencari uang utk kesenangan alias hedon hedon
    Lahirkan bangaj tulisan dan inspirasi penggerak muda utk menulis y
    Sy berjanji akan ada d belakang mu jika memang kamu di titip oleh Tuhan utk menjadi pemberi perubahan di tanah ibu kita.

Tinggalkan Balasan