Palu, 9 November 2019, Sikola Mombine bersama SKP HAM memfasilitasi pertemuan jaringan NGO dan individu yang bekerja dalam penanggulangan bencana di Sulawesi Tengah. Tujuan pertemuan ini adalah bagaimana dapat memetakan wilayah kerja serta isu dan sektor apa yang dilakukan oleh masing-masing NGO yang bekerja di Sulawesi Tengah pasca bencana.

Nurlalela Lamasitudju selaku fasilitator dalam pengantar diskusinya menyampaikan, “Di lapangan sering kita temui terdapat wilayah yang menerima bantuan dari banyak lembaga, sementara dilain sisi terdapat wilayah yang belum di intervensi oleh lembaga manapun. Dibanyak pertemuan kita ingin melakukan pemantauan bersama terhadap hal ini, tapi khawatirnya kita belum mengetahui pemetaan kerja masing-masing NGO. Barangkali hari ini kita bisa mencari tahu dimana posisi kita, apa yang kita kerjakan, pada isu apa, di lokasi mana, dan lain sebagaimana.”

Pertemuan ini dihari oleh 27 orang dari 17 lembaga, diantaranya SIKAP Institute, SKP-HAM, Yayasan Merah Putih, Nusantara Jaya Foundation, Karsa Institute, IBU Foundation, Komunitas Historia, KOMIU, AMAN Sulteng, Solidaritas Perempuan, Sejenak Hening, Walhi Sulteng, MS Radio, KDS Sampesuvuku, Pompegaya Sulteng, KIBAR dan Sikola Mombine. Masing-masing lembaga kemudian memaparkan gambaran kerja, wilayah intervensi serta isu apa yang mereka lakukan baik saat terjadi bencana maupun selama masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

Menariknya, dari hasil pemetaan ini terdapat beberapa lembaga yang melakukan kerja kemanusiaan mereka di wilayah yang sama, beberapa desa dan kelurahan di kabupaten Sigi dan kabupaten donggala seperti beka, lolu, panau, ganti, dampal, dll di intervensi oleh lebih dari dua lembaga sekaligus. Akan tetapi belum ada lembaga yang secara spesifik bekerja di daerah Petobo dan Balaroa, padahal kedua wilayah ini merupakan wilayah terdampak paling parah saat terjadi bencana.

Sementara isu-isu yang dikerjakan oleh masing-masing NGO, menurut hasil dari pemetaan ini diantaranya: isu perlindungan perempuan dan anak, pemulihan ekonomi, pemenuhan hak-hak penyintas, pengurangan resiko bencana, ruang terbuka hijau, literasi bencana, masyarakat adat, kesehatan mental, buruh migran, ODHA, penyediaan air bersih dan pembangunan hunian.

Kegiatan ini ditutup pada pukul 15.00 waktu setempat dengan rekomendasi adanya peta atau tabel mengenai ruang lingkup kerja NGO lokal yang dapat diakses oleh banyak orang. Selain itu hasil dari pertemuan ini akan ditindaklanjuti dalam beberapa pertemuan berikutnya yang berfokus pada isu pelokalan.

Tinggalkan Balasan