Setelah dilanda gempa pada 28 September 2018 di Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong mengalami kerusakan, termasuk di Kelurahan Buluri. Namun perkembangannya makin positif, meskipun cenderung lambat. Banyak NGO local dan NGO luar yang membantu pemerintahan di kelurahan. Adapun bantuan yang didistribusikan berupa Pembangunan Huntara, Uang Tunai, Logistik dan sanitasi untuk Huntara bagi para korban bencana Gempa dan Tsunami di Kelurahan Buluri. Menurut Analisis Sosial dilapangan, ada beberapa kendala ketika salah satu NGO lokal mendistribusikan bantuan di Kelurahan Buluri. Hal ini disebabkan oleh karena pihak NGO Lokal melakukan Assesment bukan hanya di Huntara 1 dan 2, tetapi juga ke pondok pengungsian tenda di sangurara. Akan tetapi, bantuan yang didistribusikan tidak menyentuh sampai di tenda pondok pengungsian, sehingga hal ini menyebabkan konflik antara penghuni Huntara dan Tenda Sangurara. Hal ini membuat Community organizer sebagai wakil dari Yayasan Sikolah Mombine berinisiatif untuk melakukan Assisment di tiga titik tersebut, baik itu Huntara 1, 2 dan Tenda pengungsian serta menyentuh di tiga titik tersebut, agar konflik antara penghuni Huntara dan tenda tidak terjadi.

NGO lokal seperti Yayasan Sikola Mombine yang memiliki fokus pendampingan kepada perempuan (kaum Hawa) sebagai mahluk Tuhan yang diciptakan dengan kodrat untuk menolong kaum adam, dimana kaum perempuan itu memiliki kelebihan sifat melindungi yang lebih tinggi dalam keluarga. Perempuan lebih teliti, mempunyai insting yang kuat menatap visi untuk jangka panjang bagi keluarganya, karena perempuan diciptakan sebagai penolong oleh Tuhan yang Maha Esa. Perempuan itu serba bisa, mempunyai skill, multitasking baik itu sebagai ibu, Anak, saudara, istri bagi suaminya dan sebagai pilar bagi keuangan keluarga membantu kestabilan keluarga dengan bekerja di kantor atau membuat usaha produksi di Rumah tangga serta mengambil pekerjaan sampingan lain. Perempuan itu sangat kreatif dan perempuan memiliki kemampuan mengolah kata-kata 70.000 perbendaharaan kata dan dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Dalam pengambilan keputusan, perempuan lebih memakai perasaan daripada lawan jenisnya yang mengabaikan hal tersebut. Perempuan bisa mengatur keuangan dalam keluarga dan mendidik anak-anak sebagai teladan di lingkungan keluarga, sekolah dan dimana saja mereka berada. Perempuan umumnya dapat menunjang perekonomian dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dimana visi dari Yayasan Sikolah Mombine agar Perempuan menjadi aktor perubahan sosial politik untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang berdaulat, adil, mandiri dan demokratis. Dan untuk mewujudkan visi tersebut, dibutuhkan misi untuk mendidik perempuan sebagai aktor perubahan social politik, melahirkan perempuan pemimpin yang berkarakter kebangsaan, berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya serta menjadi pusat pengetahuan dan pendidikan kepemimpinan perempuan.

Yayasan Sikola Mombine dalam pendampingannya pada perempuan sebagai motor penggerak, lebih meningkatkan kesadaran perempuan tentang komitmen dan tanggungjawab mereka dan melibatkan perempuan penyintas bencana mengikuti Balai Belajar Kampung (BBK) yang diadakan seminggu sekali dalam wilayah intervensi. Dalam BBK ini, para perempuan penyintas bencana akan menerima materi baik sosial, politik, ekonomi maupun pengetahuan kesehatan, sex dan gender, kebhinekaan, kesehatan reproduksi dan juga dilibatkan dalam kelompok ekonomi untuk membina perempuan penyintas bencana agar mandiri membangun livehood di kelompok ekonominya dan keluarga.

Bencana alam pada umumnya akan berpengaruh besar dalam kehidupan sosial masyarakat karena manusia tidak lepas dari alam. Salah satu bencana alam yang tidak dapat di hindari adalah Gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi yang terjadi di PASIGALA khususnya di daerah terdampak bencana Gempa dan Tsunami dimana wilayah kelurahan Buluri berada di tepi pantai. Pada umumnya, banyak kehidupan masyarakat terutama petani, nelayan dan buruh harian lepas (pengumpul batu) menggantungkan kehidupan sehari-hari pada lingkungan alam. Salah satu variable yang penting adalah bencana bisa membawa dampak yang berbeda bagi kelompok gender yang berbeda. Seringkali membawa dampak langsung yang lebih bagi  perempuan yang salah satu penyebabnya adalah perbedaan kerentanan terhadap bencana karena relasi gender yang ada.

Dalam pendampingan CO selaku wakil dari Yayasan Sikola Mombine, melakukan Analisis kerentanan, Analisis dampak, agar pengolahan data untuk proses BBK terkelola dengan baik. Penting memandang kajian gender dalam mendorong perempuan selaku motor penggerak untuk memiliki manajemen, kepemimpinan dan juga dalam pengambilan keputusan. Dimana dilema saat ini yang terjadi adalah penghuni Huntara menolak tawaran pemerintah kelurahan untuk di relokasi ke tiga daerah HUNTAP yaitu Duyu, Tawaeli, dan Tondo. Hal ini disebabkan karena jarak yang jauh dengan tempat usaha dan jauh dari sanak keluarga yang ada di wilayah kelurahan Buluri.

Pasca bencana Gempa dan tsunami di wilayah Kelurahan Buluri banyak aktifitas warga yang terkendala dan hasil perikanan (nelayan) gagal, pertanian gagal panen. Gempa Bumi dan Tsunami menyebabkan kerusakan baik pada fisik, lingkungan serta sosial dan ekonomi. Bencana Gempa dan Tsunami telah membuat perempuan dan laki-laki seringkali kehilangan kapasitas untuk mempertahankan sumber penghidupan keluarganya karena hilangnya sumber penghasilan atau sumber daya produksi. Meskipun perempuan dan laki-laki mengalami kerentanan yang berbeda, tetapi sebagian besar perempuan, terutama dari kalangan miskin, lanjut usia, dari kelompok minoritas sosial dan suku minoritas memiliki strategi penanganan livehood yang terbatas dan beresiko paling tinggi terkena dampak bencana alam.

Beberapa kelompok usia dan penghuni Huntara Buluri memiliki kerentanan yang rendah. Jumlah penghuni usia rentan mencapai 87 jiwa, yang berarti kurang dari 30% dari keseluruhan jumlah penghuni Huntara. Kelompok usia rentan ini terdiri dari Balita (0-5 tahun) sejumlah 33 (3%), anak-anak (5-6 tahun) sejumlah 20 (2%) dan lansia sejumlah 23 (2,3%). Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah ini memiliki kerentanan demografis yang rendah. Selain dari kelompok usia sebanyak 556 Kepala Keluarga termasuk dalam kategori miskin yang termasuk kelompok rentan terhadap ancaman bencana.

Oleh karena itu, strategi adaptasi yang dilakukan oleh CO sebagai wakil dari Yayasan Sikolah Mombine mencakup adaptasi sosial dengan perempuan penggerak untuk merangkul perempuan-perempuan penyintas bencana lain di sekitar Huntara Buluri dan mengadakan BBK (Balai Belajar Kampung) yang rutin dilakukan seminggu sekali. Sedangkan adaptasi ekonomi dilakukan dengan mewujudkan kelompok ekonomi dengan melibatkan perempuan-perempuan penyintas bencana melalui kelompok ekonomi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Semua bentuk adaptasi yang dilakukan oleh kaum perempuan penyintas bencana  di Huntara merupakan upaya untuk memulihkan sumber-sumber penghidupan dengan cepat.

Penulis: Noviyanti

Tinggalkan Balasan