Sabtu, 24 November 2018 diadakan Training Board Game for Peace yang diinisiasi oleh Peace Generation Indonesia bekerja sama dengan Sikola Mombine di Rumah Harapan, Posko Kapsul, Kabonena. Training Board Game for Peace berlangsung selama 3 hari yakni mulai tanggal 24 November hingga tanggal 26 November 2018. Peserta terdiri dari Mahasiswa dan Siswa SMA yang lolos seleksi berkas dan wawancara dari pihak Peace Generation Indonesia dan beberapa peserta lainnya direkomendasikan oleh Sikola Mombine dengan beberapa kriteria penilaian.

Training Board Game for Peace yang diadakan di Kota Palu ini lebih melihat berbagai persoalan social yang terjadi pasca bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi 2 bulan yang lalu dan mengaitkannya dengan isu perdamaian yang terdapat pada substansi training board game itu sendiri.

Di hari pertama, peserta belajar untuk mengenali dirinya dan mensyukuri atas apa yang ada pada dirinya. Para peserta belajar untuk menjadi bangga jadi diri sendiri, sebab sebagaimana ungkap Kang Irfan Amalee (Direktur Peace Generation Indonesia), “setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang sangat bernilai, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.” Setelah belajar menjadi Bangga menjadi diri sendiri, peserta belajar lesson kedua yakni “No Curiga, No Prasangka” dimana dimateri ini peserta diajarkan bagaimana menilai seseorang sesuai dengan pribadi orang itu bukan menilai berdasarkan anggapan umum terhadap kelompoknya.

Di hari kedua, peserta belajar tentang “Beda Kebudayaan Tetap Berteman.” Peserta memaknai perbedaan menjadi sebuah kenikmatan dari Tuhan untuk saling mengenal sebagaimana yang diajarkan oleh masing-masing kepercayaan umat beragama. Peserta bermain “Dunia Suku” untuk lebih mengenal karakteristik suatu budaya dan suku yang lain agar dapat hidup berdampingan dan saling tolong-menolong. Mantan Presiden Ronald Regan pernah berkata dalam pidatonya, “Sebenarnya, tidak ada satu ras pun yang lebih baik daripada yang lain, darah kita sama merahnya, punya perasaan. Perbedaan kita hanyalah budaya dan warna kulit. Mungkin jika suatu hari bumi ini diserang oleh makhluk asing, barulah kita sadar bahwa kita pada dasarnya adalah sama.” Setelah peserta belajar tentang Beda Kebudayaan tetap berteman, peserta dikenalkan dengan lesson keempat yakni “Beda Keyakinan Nggak Usah Musuhan” di materi ini, peserta belajar memaknai perbedaan keyakinan dan menghargai setiap keyakinan yang dianut oleh orang lain. Sebab, semakin kita meyakini keyakinan kita masing-masing, maka semakin kita menghargai keyakinan orang lain.

Di hari ketiga peserta melakukan peace action dengan bermain Board Game Galaxy Obscurio di tenda pengungsian Kapsul, Kabonena. Peace Family yang telah dibentuk sebelumnya menyebar dibeberapa penjuru posko untuk mencari sasaran peserta bermain: anak-anak dan ibu-ibu. Dalam permainan Galaxy Obscurio ini banyak nilai-nilai tentang perdamaian dan sportifitas yang didapatkan. Salah satunya adalah pengorbanan. Permainan ini mengajarkan bagi setiap pemainnya untuk berani menolong dan mengorbankan adeo (pelindung planet) untuk digantikan dengan Asteroid Visqo (Virus) yang ada pada lawan bermain. Peserta dan pemain yakni Anak-anak dan orangtua tampak bahagia melalui permainan tersebut. Permainan ini diharapkan menjadi healing bagi para pengungsi dan kawan-kawan relawan untuk terus bergerak dan senantiasa bangkit dari rapuhnya keadaan.

Harapan Peace Generation Indonesia dan Sikola Mombine untuk membangun rumah harapan menjadi titik terang bagi harapan-harapan para Pengungsi Korban Gempa, Tsunami dan Likuifaksi untuk terus menerbangkan harapan serta mimpinya menembus segala keterbatasan.

Tinggalkan Balasan