• Post author:
  • Post category:Blog
  • Post comments:0 Comments

Ketua Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Lestari sekaligus Women Vocal Point Sikola Mombine, Sefrida Tuwuncaki, hadir dalam kegiatan Konferensi dan Kongres Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan pada 7-10 November di Surabaya. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Gender Fokal Point (GPF) dan The Asia Foundation ini menghadirkan Women Champion dan Youth Campion dari 14 Provinsi di Indonesia.

GPF memfasilitasi kelompok perempuan di tingkat tapak dan mendorong peran mereka dalam mengelola hutan dan lahan secara berkelanjutan, termasuk dalam program perhutsos. Kelompok perempuan yang difasilitasi itu banyak yang menunjukkan bakat untuk menjadi pemimpin dan mengambul peran dalam program-program, utamanta terkait perlindungan lingkungan hidup dan pengelolaan hutan di kampungnya.

Sebagai salah satu women champion asal Sulawesi Tengah, Sefrida memperoleh kesempatan untuk menyampaikan praktik baik yang dilakukannya dalam mengelola KUPS di desanya pada sesi Diskusi Tematik II dengan tema akses pendanaan dan pasar bagi kelompok perempuan dan anak muda dalam pengelolaan perhutanan sosial.

“Proses pembentukan KUPS di desa kami terbilang cukup panjang. Sebelum menjadi ketua KUPS saya hanya perempuan biasa dan terpilih menjadi anggota BPD. Pada saat itulah hadir Sikola Mombine melakukan pendampingan dan mengenalkan skema pengelolaan hutan desa. Program ini bagaikan angin segar untuk saya yang selama ini risau atas kondisi hutan di Desa Malitu, apalagi dampak buruk dari kerusakan hutan telah membuat desa kami rentan terhadap banjir.”

Ujar Sefrida

Pembentukan KUPS, menurut Serfida dimulai dari pengusulan Izin Perhutsos melalui skema Hutan Desa ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dimana sebagai salah satu persyaratannya ialah membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa. Izin itu kemudian terbit pada Desember 2022 yang membuat LPDH desa Malitu semakin bersemangat dalam memberikan penyadaran.

Usulan pembentukan KUPS tercetus dalam pertemuan-pertemuan di dusun untuk menggali potensi apa yang bisa dimanfaatjan di hutan tanpa harus merusak hutan. Dari sinilah KUPS Lestari desa Malitu terbentuk.

“Pada pertemuan di dusun tersebut kami bersepakat untuk membentuk KUPS Lestari. Produk utama KUPS kami ialah gula merah yang diolah menjadi gula semut dan gula batok. Gula merah ini berasal dari sadapan getah pohon aren yang tumbuh subur di hutan kami. Agar usaha ini berkembang kami coba untuk memasarkan produk kami keluar. Kami juga berusaha untuk mendapatkan izin PIRT, NIB dan Halal.”

Ucap Sefrida

Serfida mengakui salah satu tantangan dalam usaha ini ialah memperluas akses pasar. Karena itu ia dan timnya berusaha untuk menjangkau pasar yang lebih luas diluar desanya. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan membangun kerjasama dengan hotel-hotel diwilayahnya serta aktif mengikuti berbagai pameran.

“Kami sudah melakukan MoU dengan Hotel Ancira Poso, mereka sudah mengambil 500 picis dan terus bertambah. Selain itu kami juga giat mempromosikan gula semut kami dalam berbagai pameran di kabupaten Poso.”

Ucap Sefrida

Hingga kini KUPS Lestari masih terus berproduksi. Dirinya berharap usaha ini akan senantiasa berkembang dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya dalam mengelola hutan secara berkelanjutan.

Kegiatan Konferensi dan Kongres Perempuan dan Generasi Muda Penjaga Hutan ini dihadiri 200 peserta dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Gender Focal Poin yang tergabung dari belasan organisasi antara lain PUPUK, GeRAK, HAKA, FITRA, ICEL, Sikola Mombine, KBCF, LBBT, TLKM, Q-BAR, LivE, JARI Borneo, PT. PPMA, KIPRA, GEMAPALA, PINUS, YESL dan PHAP dan tersebar di 14 Provinsi se-Indonesia.

[End]

Penulis: Satrio Amrullah | Editor: Satrio Amrullah

Tinggalkan Balasan