
Upaya mewujudkan ekonomi inklusif di Kota Palu semakin nyata dengan adanya kolaborasi antara Yayasan Sikola Mombine dan organisasi asal Jepang, Sasakawa Peace Foundation (SPF). Dalam acara Diseminasi Riset dan Strategi Ekonomi Inklusif yang berlangsung di Sriti Convention Hall, Kamis (27/2/2025), berbagai pihak menyampaikan komitmennya dalam membangun ekosistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas.
Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kota Palu, Irmayanti Pettalolo, Ketua DPRD Kota Palu, Rico Djanggola, komunitas Difabel Berkarya, serta akademisi dan pelaku usaha sosial. Dalam sambutannya, perwakilan Sasakawa Peace Foundation, Ayaka Matsuno, mengungkapkan apresiasinya terhadap ketahanan masyarakat Palu pascabencana 2018.
“Saya sangat tersentuh dengan semangat masyarakat di sini. Meskipun menghadapi tantangan besar, mereka tetap bertekad untuk bangkit dan saling mendukung. Kami berkomitmen untuk terus mendukung Kota Palu agar menjadi lebih inklusif dan berdaya,”
ujar Ayaka Matsuno.
Sekretaris Daerah Kota Palu, Irmayanti Pettalolo, menegaskan bahwa ekonomi inklusif harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Ia menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi inklusif berfokus pada tiga pilar utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan, serta perluasan akses dan kesempatan bagi semua kelompok, termasuk penyandang disabilitas.

“Pemerintah Kota Palu telah mengambil langkah konkret dengan menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2023 tentang Pelaksanaan Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Ini sebagai bentuk komitmen kami dalam membangun kota yang lebih inklusif,”
jelas Irmayanti Pettalolo.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa konsep ekonomi inklusif di Kota Palu juga diintegrasikan dengan green economy dan blue economy untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Sasakawa Peace Foundation telah menjalankan berbagai inisiatif untuk memperkuat ekosistem ekonomi sosial di Palu, termasuk Focus Group Discussion dengan berbagai pemangku kepentingan. Hasil dari pertemuan tersebut menunjukkan perlunya sinergi dalam membangun ekonomi yang lebih terbuka dan inklusif.
Adapun program utama SPF di Palu berfokus pada tiga aspek Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu kesetaraan gender, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan kesenjangan. Untuk mendukung tujuan ini, SPF bekerja sama dengan Yayasan Sikola Mombine, Kopernik, dan Business Incubator dalam pengembangan program wirausaha bagi perempuan dan penyandang disabilitas.
Muh Taufik Hidayat, selaku Program Manager Yayasan Sikola Mombine, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berhasil melakukan matchmaking antara penyandang disabilitas dan pelaku usaha sosial di Kota Palu untuk menciptakan ekonomi yang lebih inklusif.

“Tahun kemarin, kita baru selesai mempertemukan penyandang disabilitas dan pelaku usaha sosial di Kota Palu. Selain itu, kami juga baru saja menyelesaikan pembuatan modul pemasaran digital bagi pelaku usaha penyandang disabilitas. Ini menjadi modul pertama di Indonesia yang dirancang khusus untuk membantu mereka mengatasi tantangan akses pemasaran,”
ungkap Muh Taufik Hidayat.
Lebih lanjut, ia menegaskan pentingnya peran publik dalam mengawal implementasi modul ini agar Kota Palu benar-benar menjadi kota inklusif di mana tidak ada satu orang pun yang tertinggal.
Pemerintah pusat, melalui Menteri Koperasi dan UKM Indonesia, telah menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif ekonomi inklusif ini. Pemerintah berencana mengalokasikan pendanaan serta memasukkan strategi ekonomi inklusif ke dalam kebijakan nasional.

“Dukungan ini akan menjadi langkah besar dalam memastikan bahwa perempuan dan penyandang disabilitas mendapatkan akses ekonomi yang setara. Kami berharap kerja sama dengan pemerintah lokal dan nasional dapat terus berkembang,”
ujar Ayaka Matsuno.
Dengan adanya komitmen dari berbagai pihak, Kota Palu diharapkan dapat menjadi model bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Program yang dijalankan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat saat ini, tetapi juga memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang.
[End]
Penulis: Satrio Amrullah | Editor: Satrio Amrullah