Sahabat Mombine, kadang kala kita merasa tidak bias dan cukup objektif dalam membuat keputusan pekerjaan bukan? Tetapi jika ada dua kandidat yang setara, siapa yang akan Anda promosikan? Seseorang yang digambarkan dalam evaluasi kinerja sebagai orang yang analytical atau seseorang yang digambarkan compassionate? Di sisi lain spektrum pekerjaan, jika Anda harus memecat seseorang, siapa yang akan Anda pecat? Seseorang yang dianggap arrogant atau seseorang yang dianggap inept? Atribusi kepemimpinan dalam evaluasi kinerja seperti ini sangat berpengaruh lho.

Terus apa hubungan nya dengan bias gender? Baik “analytical” yang biasanya dikaitkan dengan laki-laki maupun “compassionate” yang kerap dikaitkan dengan perempuan mencerminkan hal positif. Namun, benarkah salah satu karakterisasi tersebut terlihat lebih berharga dari sudut pandang sebuah organisasi? Seperti istilah analytical yang berorientasi pada tugas, logika, penafsiran dan penyusunan strategi, yang dianggap sebagai dukungan pada tujuan dan misi bisnis. Sedangkan compassionate berorientasi pada hubungan, kontribusi pada lingkungan, dan budaya kerja yang positif, hal ini kerap dianggap kurang bernilai dalam tujuan dan misi bisnis. Saat mempertimbangkan siapa yang akan dipekerjakan, siapa yang dipromosikan, atau siapa yang harus diberi kompensasi, orang mana— dengan atribut apa—yang kira-kira akan diterima?

Penelitian yang dilakukan oleh Harvard tentang atribut kepemimpinan menemukan perbedaan yang signifikan dalam penugasan 28 atribut kepemimpinan yang diterapkan pada laki-laki dan perempuan. Sementara laki-laki lebih sering diberi atribut seperti kompeten, atletis dan dapat diandalkan, perempuan lebih sering dikaitkan dengan kasih sayang, antusiasme, energik dan terorganisir. Konsisten dengan hasil penelitian ini, sikap masyarakat menunjukkan bahwa pemimpin perempuan masih digambarkan sebagai pemimpin yang berbelas kasih dan terorganisir daripada pemimpin laki-laki. Sebaliknya, perempuan juga sering dinilai tidak kompeten, sembrono, gemar bergosip, temperamental, panik, dan bimbang, sedangkan hal negative pada laki-laki lebih sering dinilai sebatas arogan dan tidak bertanggung jawab.

Ini bukan sekadar kata-kata — kata-kata ini dapat memiliki implikasi di dalam kehidupan nyata karyawan dan organisasi. Bahasa pada evaluasi kinerja suatu perusahaan dapat memberikan pandangan akan apa yang dihargai dan apa yang tidak dalam suatu organisasi. 

Jadi, siap kah Sahabat Mombine untuk menggunakan suatu kata tanpa bias gender?

Tinggalkan Balasan