Di Kota Palu, tepatnya di dusun Manggu Kelurahan Baiya, Yayasan Sikola Mombine bersama Wahana Visi Indonesia melakukan kegiatan Kelompok Belajar Anak (KBA) yang rutin di lakukan setiap satu bulan sekali. Hadirnya program ini,membuat anak-anak mendapatkan pelajaran baru yang mereka tidak dapatkan di sekolah. Adanya program ini juga membuat anak anak semakin terlatih dalam kecakapan menulis serta berkomunikasi melalui pengerjaan surat sponsor.

Program ini juga memberikan dampak kepada anak remaja yang sebentar lagi akan tumbuh dewasa, karena materi materi yang terkandung di dalam modul KBA merupakan materi yang sangat di butuhkan untuk seorang remaja. Materi itu diantaranya meliputi: pentingnya keluarga, mencintai tubuh, bentuk-bentuk gender, dampak perkawinan anak, dll.

Mulanya program ini diselenggarakan oleh Wahana Visi Indonesia. Pada masa awal program ini berjalan terdapat banyak resistensi dari masyarakat sekitar. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat menganggap program ini membawa agenda kristenisasi. Para orang tua khawatir bila anak mereka mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh WVI maka akan mengubah keyakinan agama mereka. Namun seiring waktu berjalan masyarakat mulai sadar bahwa apa yang dilakukan oleh WVI bukanlah kegiatan penginjilan atau kristenisasi, melainkan kegiatan kemanusiaan yang fokus pada upaya perlindungan anak tanpa memandang suku dan agama tertentu.

Selama masa itu WVI telah mengadakan pelatihan kapasitas untuk relawan sosial (resos). Dalam kegiatan itu hadir ibu Lisna, perempuan berusia 30 tahun yang berasal dari RT 12 kelurahan Baiya. Kegiatan pelatihan yang dilangsungkan selama 4 hari tersebut memberikan banyak pengetahuan bagi ibu Lisna. Ia mengakui bahwa usai kegiatan tersebut ia memperoleh pemahaman mengenai program KBA, profil WVI, sampai teknik dan cara menjadi kader/resos yang menyenangkan bagi anak.

Sebagai kader resos, ibu Lisna mencoba mempraktekannya di lapangan akan tetapi partisipasi anak masih saja minim. Hal ini menurutnya karena anak-anak belum melihat apa yang menarik di dalam kegiatan KBA tersebut. Karena itu ibu Lisna bersama ibu-ibu resos lainnya mendiskusikan cara untuk meningkatkan partisipasi anak mengikuti KBA.

Pada saat percobaan pertama, ibu Lisna mencoba untuk bermain peran bersama ibu Anita. Mereka akan memainkan peran dalam berdongen dengan menggunakan boneka tangan yang telah disediakan sebelumnya. Boneka tangan ini sangat cocok di mainkan saat bermain peran, sehingga seluruh anak anak yang hadir dalam kegiatan tersebut menjadi terhibur. Melalui hiburan tersebut anak anak juga dapat mengambil makna yang tersimpan di dalam dongeng yang disampaikan.

Usai kegiatan KBA, ibu Lisna membuka forum untuk mengevaluasi kegiatan KBA hari itu. Bersama resos lainnya mereka mendiskusikan tentang apa yang sudah baik dan apa yang perlu kita perbaiki untuk KBA selanjutnya. Ibu Lisna juga mengingatkan kembali tentang perencanaan kegiatan KBA di bulan selanjutnya, serta menyusun strategi bersama agar anak-anak menjadi semakin senang mengikuti program ini.

Pada percobaan kedua, Ibu lisna mempunyai ide untuk menciptakan beberapa musik edukasi dan juga tepukan edukasi yang berkaitan dengan materi KBA. Beberapa di antaranya seperti; tepuk focus, nyanyian pohon manga, tepuk cinta, tepuk bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh di sentuh dan beberapa variasi edukasi lainnya yang ibu lisna ciptakan Bersama resos lainnya. Ternyata cara ini “menyanyi dan bermain” super ampuh untuk membuat anak anak semakin senang di belajar di kegiatan KBA.

Tidak hanya itu, ibu Lisna dan resos lainnya juga mempunyai inisiatif untuk memberikan hadiah kecil kepada anak yang bisa menjawab pertanyaan seputar materi KBA. Tetapi yang unik, hadiah kecil ini merupakan buah karya tangan ibu-ibu resos, di antaranya: tas kecil yang terbuat dari kain bekas, balon, dan kotak penyimpan permen. Adanya hadiah ini ternyata sangat berdampak pada keaktifan anak anak di dalam memerhatikan materi yang di berikan.

Dalam tiga bulan terahir partisipasi anak di kelurahan Baiya RT 12 meningkat pesat. Berkat kreatifitas ibu resos serta didorong oleh kemauan untuk membawa perubahan di daerahnya maka menjadikan hal tersebut dapat terjadi.

Kini nama ibu Lisna sudah tidak asing lagi di masyarakat terutama di kalangan anak-anak. Setiap ibu lisna dan beberapa ibu resos lainnya keluar rumah, anak anak selalu menyapa. Mereka tersenyum dan bahagia memanggil nama ibu lisna. Anak-anak juga menyanyakan tentang kapan lagi KBA akan di laksanakan. Tidak hanya itu, banyak orang tua RC yang datang kerumah ibu lisna hanya untuk menanyakan jadwal KBA.

Melalui program dari KBA yang diselenggarakan oleh Yayasan Sikola Mombine bersama WVI, ibu Lisna merasa bersyukur. Sebab program ini telah memberikan dirinya kasempatan untuk membawa perubahan bagi daerahnya. Selain itu program ini juga mengubah dirinya. Dari yang dulunya tidak percaya diri, takut dan malu ketika berbicara di depan umum, kini ibu Lisna telah menjadi andalan anak anak dan masyarakat di daerahnya.

“Perubahan itu tidak akan terjadi sebelum kita mau mengubah diri kita”

tutup ibu Lisna

***

Penulis: Tazkia Aulia Ahfsary
Editor: Satrio Amrullah

#CeritaBaik merupakan kanal khusus yang berisi catatan cerita perubahan selama menjalankan program CESP & CP yang dibangun antara Yayasan Sikola Mombine bersama Wahana Visi Indonesia

Tinggalkan Balasan