Oleh: Safinah Desrianih (Community Organizer)

Ibu Fadilah adalah seorang perempuan penyintas tangguh berdomisili di Keluarahan Panau dan saat ini bertahan tinggal di huntara Pacuan Kuda bersama suami dan 3 orang anaknya. Ketika bencana 28 September 2018 rumah sebagai tempat bernaung dari panasnya terik matahari dan dinginya angin pantai habis di luluh lantahkan oleh terjangan tsunami laut teluk Palu. Tsunami sama sekali tidak menyimpan sedikitpun kenangan untuk keluarganya, tersisa hanyalah lantai rumah yang setiap hari menjadi saksi dari langkah kaki perjuangan ibu rumah tangga ini. Waktu terus berjalan, ibu Fadilah di tuntut untuk terus beraktivitas tidak hanya sebagai ibu rumah tangga namun juga menjadi tulang punggung untuk memenuhi setiap kebutuhan keluarganya, suaminya bekerja sebagai buruh di PLTU Panau sebelum bencana, hingga saat ini juga belum bekerja. Tapi hidup harus terus berjalan, berbagai cara untuk menunjang kehidupan keluarga dilakukan ibu dari 3 anak ini. Pertama kali mengenal ibu fadilah saat pembentukan kelompok perempuan balai belajar kampung di lokasi huntara Pacuan kuda, jelas di ingatan saya saat itu dia duduk paling belakang di antar semua teman-temanya, suaranya terdengar hanya pada saat perkenalan saja di sesi awal.

Kemudian berlanjut Pada fase transisi pasacabencana,  ibu yang berumur 41 tahun ini sangat aktif mengikuti aktivitas Balai Belajar Kampung yang sering diadakan di Rumah Samporoa Mombine dan ruang pertemuan lainnya. Samporoa Mombine menjadi saksi beprosesnya Ibu Fadilah sebagai perempuan yang kemudian menjadi sepenggal kisah inspiratif perempuan pasca bencana, di ruang inilah Ibu fadilah berekspresi bebas, belajar untuk mengetahui peran dan partisipasi perempuan dalam segala aspek dan juga menjadi tempat berbagi bersama anggota balai belajar lainnya. Saat ini, ibu fadilah sudah mampu menjadi fasilitator untuk mengisi materi dan setiap ruang belajar bersama dengan kawan perempuan lainnya di Kelurahan Panau.

Kepemimpinanya tidak hanya di bangun melalui ruang diskusi, seminggu sekali Ibu fadilah dan anggota kelompok lainnya melakukan aktivitas ekonomi bersama komunitas binaan dari Yayasan SIkola Mombine. Stik sayur labu kuning merupakan produk unggulan dari kelompok ekonomi di Kelurahan Panau dan beliaulah ketua kelompok ekonomi di Kelurahan yang diberi nama “Berkah”. Proses Produksi stik sayur labu ini dilakukan di huntara secara kolektif dan produk ini juga sudah di pasarkan di Galeri Usaha Kampung  yang berada di 3 wilayah kota Palu, serta di beberapa toko dan warung makan yang tersebar di 8 rak konsinyasi. Dalam waktu terakhir prodak perempuan kelompok Berkah sudah bisa menjangkau pasaran Nasional melalui beberapa kegiatan exchibition local dan Nasional.

Hingga saat ini, Aktivitas keseharian Ibu Fadilah sangat berubah pasca 1 tahun bencana.Begitu banyak yang dilakukan beliau secara mandiri meskipun tinggal di hunian sementara. Delapan bulan melakukan aktivitas produksi bersama kelompok Ekonomi Berkah di Huntara, sedikit demi sedikit bisa menjadi tabungan untuk di kelola kembali menjadi usaha mandiri. Ibu Fadilah membuat bisnis mandiri dengan berdagang binte, mie dan es cendol didepan bilik huntaranya. Anak-anaknya pun  turut membantunya untuk melayani pelanggan yang ingin membeli dagangan ibu Fadilah. Selain itu ada aktivitas yang lain dilakukan ibu fadilah yaitu menanam tanaman produktif disekitar area pekarangan huntara, antara lain; tanaman cabai, sayuran kangkung dan tomat, tanaman buah pepaya dan beberapa tanaman rempah lainnya. Para tetangga pun juga ikut terbantu karena saat ini tanaman sayuran sudah tumbuh subur dan mereka bisa berbelanja sayuran di pekarangan huntara bu Fadilah. Tentunya ini sangat membantu perekonomian keluarganya.

Usaha mandiri Ibu Fadilah

Lepas dari semua itu, berbagai juga tantangan juga di alami oleh ibu Fadilah. Sebagai contoh, saat menanam tanaman produktif terlebih dahulu Ibu fadilah bersama keluarga harus membangun pagar disekitar pekarangan agar terlindungi dari hewan yang berkeliaran bebas disekitar huntara. Kemudian melakukan penggemburan tanah dan mempersiapkan benih-benih tanaman. Namun kemudian, Ibu Fadilah sangat senang karena sudah bisa merasakan hasil jerih payahnya dan mampu menghasilkan penghasilan secara mandiri untuk kebutuhan sehari-harinya. Masih ada harapan dan cita-cita yang besar dari seorang Ibu Fadilah untuk dirinya dan komunitas, yaitu bisa menjadi perempuan hebat yang membanggakan bagi keluarganya, melakukan perlindungan untuk kelompok rentan diwilayah huntara, khususnya untuk perempuan dan anak dari tindak kekerasan, membangun kerjasama komunitas yang baik kedepannya serta bisa mendapatkan izin PIRT dari produk stik sayur labu dan juga Rumah Produksi.

Tinggalkan Balasan