Penulis: Noviyanti

Penyintas Tsunami dan Likuifaksi Palu, Sigi, Sulawesi Tengah, mengharapakan perhatian pemerintah untuk meninjau kesejahteraan para penyintas di Huntara khusunya Kota Palu dan Kabupaten Sigi hal ini disampaikan dalam pertemuan Diskusi Regular Perempuan Pemimpin dari perwakilan Desa Lolu, Beka, dan Kelurahan Mamboro serta Buluri yang digelar oleh Yayasan Sikola Mombine. Dalam pertemuan ini para penyintas menyampaikan aspirasi mereka terkait kebutuhan mereka di Huntara.

“kami meminta pemerintah Kabupaten Sigi khususnya Dinas Kesehatan dan OPD terkait turun langsung untuk meninjau ke desa Beka karena ada 20 anak yang kekurangan gizi demikian juga dengan masalah Jadup yang sampai saat ini belum terealisasikan di desa Beka “

“Meningkatnya Narkotika di Kabupaten Sigi juga sangat meresahkan para penyintas karena sudah menyentuh anak-anak yang masih di bawah umur, sehingga Pendidikan mereka terganggu, dampak lain yang timbul adalah meningkatnya tindak pencurian dan kekerasan di lingkungan desa Beka”

“kami berharap pemerintah bisa membantu para penyintas dengan memperhatikan masalah pemulihan ekonomi bagi penghuni Huntara. Setahun bencana telah dilewati namun pemulihan ekonomi di lingkungan Huntara di desa Beka belum pulih dikarenakan banyaknya warga huntara yang kehilangan pekerjaan dan para petani disana banyak yang sudah tidak mengolah lahannya sebab lahan pertanian yang rusak, dan tidak adanya air yang mengairi persawahannya sehingga mereka kehilangan mata pencaharian. Kata Lies. Ia berharap bantuan yang diberikan tidak hanya satu kali saja, tetapi berkelanjutan.

Salah satu penyintas di HUntara OJK Mamboro mengatakan“ saat ini, penyintas disana membutuhkan air bersih sebab bantuan yang diberikan oleh instansi terkait belum efisien. Sebab 1 mobil tangka air bersih yang didatangkan oleh pemerintah hanya dapat memenuhi beberapa KK yang ada di Huntara tersebut itu pun hanya dapat mengisi air setengah ember padahal jumlah KK yang ada di Huntara ada 80 KK. Sehingga bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan ekspetasi para penyintas di OJK Mamboro” Kata  Ibu Lia. Ia menambahkan efek dari bencana masih terasa oleh warga dengan adanya krisis air bersih yang melanda penghuni Huntara OJK

Kemudian di Kecamatan Ulujadi, Kelurahan Buluri para penyintas dari Huntara Pemerintah meminta tindakan cepat dari Pemerintah Kota Palu dan  instansi terkait (BNN) untuk menyikapi para pengedar Narkoba di Kelurahan Buluri karena tingkat pecandu Narkoba meningkat bahkan anak-anak dari para penyintas di Huntara Pemerintah dan Non Pemerintah menjadi korban terutama anak-anak Remaja yang duduk di bangku SMP sehingga bisa menyebabkan penyimpangan seks dikalangan remaja dan dapat memicu pernikahan anak pada usia muda, tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak. Hal ini sungguh sangat meresahkan bagi para penyintas di Huntara Buluri. Karena sudah daruratnya penyalahgunaan narkoba, para penyintas meminta perhatian Pemerintah Kota Palu dan Provinsi

Diharapkan aspirasi dari para penyintas secara massif dapat diikuti seluruh Desa dan Kelurahan Kabupaten SIgi dan Kota Palu sehingga Kota Palu dan sekitarnya bersih dari Narkoba. “ yang jelas kami meminta komitmen harus ada kontinyu dari BNN dan konsisten kita lakukan untuk berantas narkoba”. Pinta Asria Selain narkoba, ada pula tambang galian C yang meresahkan penyintas di huntara Buluri. Banyaknya perusahaan tambang Galian C membuat penyakit ISPA meningkat , “ dengan adanya Galian C bukannya meningkatkan kesejahteraan warga buluri tapi malah meningkatkan penyakit ISPA “ ujar Bidaya. Para penyintas yang hadir dalam pertemuan Diskusi regular perempuan pemimpin yang di adakan Yayasan Sikola Mombine berharap kepada pemerintah untuk memparhatikan nasib mereka.

Tinggalkan Balasan