Ibu Gustin adalah seorang perempuan kepala Rumah tangga yang memiliki seorang anak laki – laki yang masih duduk di kelas 2 SD. Saat bencana 28 September 2018, Ibu Gustin juga merupakan salah satu yang terdampak. Rumah yang di tinggali rusak akibat gempa dan likuifaksi sehingga saat ini Huntara menjadi naungan sementara untuk dia dan anaknya.

Keseharian Ibu Gustin untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan bekerja sebagai pengasuh anak dari adik kandungnya. Menjadi orangtua tunggal tentunya tidak mudah bagi seorang Ibu Gustin, bagi dia aktivitas yang bisa menghasilkan tambahan ekonomi bagi keluarga akan dia kerjakan, kurang lebih selama 3 tahun ini dia menjalani profesi sebagai kepala rumahtangga.

Sosok perempuan tangguh ini perlu di catat untuk menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya bahwa menjadi orangtua tunggal apalagi seorang perempuan mampu bertarung dalam mempertahankan kehidupan keluarga.

Empat bulan pasca bencana ibu gus (panggilan akrabnya sehari – hari) ikut terlibat dalam komunitas perempuan Sikola mombine baik itu di sektor protection dan terlibat dalam aktivitas penguatan ekonomi. Dari sembilan orang anggota ekonomi ibu Gustin tidak pernah lalai dalam mengikuti semua aktivitas, meski dalam keadaan sakit, beberapa tahun yang lalu Ibu Gus sudah merasakan sakit di bagian mulut, membuatnya kesulitan untuk makan.

Tidak hanya itu, kondisi ini juga kemudian berpengaruh terhadap kondisi tubuhnya yang terus mengalami penurunan berat badan. Keadaan ini disimpannya dan tidak diberitahukan kepada siapapun. Dua tahun kemudian sakit yang dirasakan di mulut akhirnya mendapat vonis dari dokter sebagai kanker mulut dan dokter menyarankan untuk segera melakukan operasi. Tetapi ibu Gus takut mengambil tindakan operasi dan hanya berobat kampung, selama berobat kampung sakitnya sedikit berkurang tapi tidak sepenuhnya menyembuhkan, belum lagi kendala biaya pengobatan yang sama sekali tidak bisa dijangkaunya.

Komunitas perempuan Sikola Mombine sebagai komunitas yang menjadi tumpuannya setelah bencana, melihat kondisinya merasa prihatin, sehingga mencoba memberikan penguatan dan dorongan serta menyarankan untuk operasi akhirnya dengan pertimbangan yang berat dan demi anak yang masih membutuhkan kasih sayang ibu Gus menguatkan hati menerima saran itu dan memutuskan untuk melakukan operasi, akan tetapi operasi tidak bisa dilakukan di RS yang berada di Palu karena kanker mulut yang di deritanya sudah menyebar.

Setiap aktivitas yang dilakukan bersama Sikola Mombine balai belajar kampung dan aktivitas produksi, memberikan semangat baru untuk melanjutkan kehidupan dan berusaha untuk kembali pulih. Balai belajar kampung bagi ibu Gus tidak hanya ruang untuk belajar tetapi memperoleh keluarga baru dan membangun motivasi bersama perempuan lainnya.

September 2019 Ibu Gus berencana untuk melanjutkan pengobatan ke Makassar di temani seorang Ibu dari anggota balai belajar kampung yang juga merupakan keluarga dekat, kebersamaan ini kemudian dibangun melalui penguatan motivasi, dan donasi bersama kelompok perempuan sikola mmbine, untuk membantu proses pengobatan Ibu Gus selama berada di Makassar. Dukungan Doa pun juga menjadi kebutuhan yang di butuhkannya saat ini semoga beliau mampu menjalani proses pengobatan yang di jalani.

Tinggalkan Balasan