Pada saat melakukan assessment tambahan di huntara PT.OJK pada tanggal 18 juni 2019, melakukan wawancara sekitar kurang lebih 27 orang  kepala keluarga yang masuk dalam data tambahan bagi penghuni huntara yang berada di kelurahan mamboro induk yang juga berdekatan dengan Kantor Camat Palu Utara. Dan pada saat itu juga bertemu dengan seorang perempuan dan juga ibu dari 2 orang anak korban bencana alam (gempa bumi) yang terjadi pada hari jumat 28 september 2018,dan salah satu penghuni Huntara PT. OJK di Kelurahan mamboro induk, Ketika selesai melakukan wawancara, terjadilah diskusi panjang dengan ibu yang bernama ibu Lia, umur 49 tahun dan mempunyai 2 orang anak perempuan (yang pertama Risky widyasari, umur 20 tahun dan yang kedua Safina, umur 3 tahun adalah anak angkat semenjak dari lahir), dan suaminya bernama Yusfin, umur 38 tahun. Perbedaan umur sang istri lebih tua 11 tahun dari umur sang suami. Setelah mengetahui identitas keluarga ibu lia juga berbagi pengalaman maupun aktifitas  yang selama ini ibu Lia lakukan mulai dari kejadian Bencana alam yang terjadi pada saat itu ketika menempati tenda pengungsian awal sampai sekarang menjadi salah satu penghuni Huntara yang ada di wilaya mamboro, saya merasa bangga dan sangat simpati dengan apa yang dilakukan selama ini mengenai Peran ibu Lia sebagai seorang perempuan dan juga ibu rumah tangga yang sangat Aktif dalam menjalakan segala aktifitas untuk membantu menjalankan program bagi beberapa Lembaga, yayasan, NGO, Pemerintah setempat maupun daerah dan terutama Relawan simpatisan yang datang silih berganti demi menjalankan tugas kemanusiaan untuk memberikan bantuan kebutuhan sehari-hari atau membuat suatu kegiatan mengenai pemulihan terhadap korban pasca bencana untuk membantu memenuhi kebutuhan korban dalam mengurangi atau menghilangkan rasa trauma yang selama ini menjadi beban psikologis atau ketakutan atas kejadian bencana alam 28 September kemarin dan juga memporak-porandakan kota palu dan di dua kabupaten (sigi dan donggala).

Ibu Lia juga adalah salah satu Kader posyandu yang sangat aktif mengikuti pertemuan maupun pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat dan juga kegiatan lainnya. Ibu Lia juga sangat peduli terhadap orang banyak demi kepentingan bersama dan sering memberikan saran atau berani membawa aspirasi dalam melihat situasi yang menurutnya sangat penting untuk dilakukan : ada suatu masalah di huntara mamboro tentang ibu-ibu hamil dan juga balita untuk kegiatan Posyandu yang setiap bulannya mereka lakukan harus kembali ketempat dimana tempat tinggal mereka yang dulu sebelum terjadinya bencana, contoh Balita dan ibu hamil harus pergi ke wilayah mamboro perikanan untuk memeriksakan kandunganya dan juga perkembangan anak (balita) setiap bulan di Posyandu yang sangat jauh dari huntara tempat tinggal mereka sekarang yang jaraknya kurang lebih sekitar 4 km. Dalam situasi sekarang, sebagian besar sudah tidak memiliki kendaraan untuk bisa datang ke posyandu. Melihat keadaan seperti ini, membuat ibu Lia merasa harus melakukan sesuatu untuk mencari jalan keluar agar anak-anak (balita) dan ibu hamil bisa melakukan Posyandu di Huntara tempat tinggal mereka sekarang supaya lebih mudah di jangkau. Dengan inisiatif ibu Lia melakukan koordinasi dengan koordinator huntara yaitu pak Deni untuk mengusulkan kepada pihak pemerintah setempat dengan puskesmas yang ada di wilayah mamboro agar supaya Balita dan ibu Hamil yang tinggal di huntara kantor camat mamboro tidak lagi jauh untuk posyandu, dan membuka  satu cabang posyandu sementara di huntara berdasarkan data jumlah balita dan ibu hamil yang ada di huntara tersebut agar supaya tetap aktif mengikuti program posyandu setiap bulannya, menjaga kesehatan dan keselamatan bagi balita dan ibu hamil pada saat melakukan persalinan di bantu oleh Bidan setempat dan juga ibu-ibu kader posyandu yang ada di wilayah kelurahan mamboro induk, kecamatan palu utara.

Selain itu, ibu Lia mempunyai rencana kedepan untuk membuat satu Kebun Toga di dekat Huntara dan yang akan mengelola kebun tersebut adalah ibu-ibu Kelas belajar sikola mombine untuk di kelola bersama-sama demi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Melihat situasi ekonomi keluarga, banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan akibat dampak kejadian bencana alam yang terjadi pada tanggal 28 september 2019 yang ada di huntara kantor Camat mamboro induk.

Tinggalkan Balasan